Kursus Sablon Kaos Distro Bandung

Sofware Desain Sablon

Dalam dunia grafis ada dua jenis gambar, Pertama gambar raster (bitmap based) dan kedua adalah vektor (vectore based). Perbedaan mendasarnya adalah sebagai berikut :

1. Gambar Raster
- berbasis pada foto
- jika diperbesar akan pecah
- terdiri dari warna yang kompleks
- berupa kumpulan pixcel

2. Gambar berbasis vektor
- berbasis gambar
- jika diperbesar tidak pecah
- terdiri dari path
- umumnya warnanya tidak kompleks

Nah,
Untuk sablon kaos, bisa proses dari raster maupun dari vektor. Untuk proses desainnya maka ada dua tools aplikasi yang powerful dan banyak digunakan desainer kaos.

Aplikasi pengolahan berbasis raster aplikasi yang populer digunakan adalah Photoshop. bagi anda yang ingin mendalami sablon raster perlu banyak menguasai photoshop mulai dari desain hingga pecah warna untuk dicetak di screen.

Untuk aplikasi sablon berbasis gambar vektor, aplikasi populer yang sering digunakan adalah Corel Draw dan sebagian Illustrator. Kami sarankan, karena kebanyakan kaos dicetak dari gambar berbasis vektor maka Anda perlu menguasai Corel dengan sangat baik.

Aplikasi diatas merupakan alat bantu, yang lebih penting dari aplikasi adalah konsep desain yang ada di benak Anda. Seorang desainer yang baik tidak tergantung pada tools tetapi lebih pada ide desain yang ada dibenaknya.

Jadi, dalam bisnis kaos distro, kreatifitaslah rajanya, sedangkan aplikasi hanyalah mempermudah desainer menuangkan ide-idenya.

Selamat belajar,
Salam Hangat,


Amir Fauzi
Founder
http://www.sekolahsablon.com/

Teknik Sablon Kaos Distro

Selain mengenal bahan kaos dengan baik, perlu kita mengetahui proses cetak sablon kaos. Kualitas bahan sangat menentukan kualitas akhir dari hasil produksi. Semisal, bahan katun combed memiliki gramasi yang beragam, mulai dari 20S, 24S dan 30S. Semakin besar gramasinya makan kain semakin ringan dan tipis. S menunjukkan bahwa kaos berupa single knit, atau satu sisi saja permukaan yang halus.

Untuk teknik menyablon, ada dua cara. Pertama sablon manual, dimana proses dilakukan dengan proses cetak manual menggunakan screen dan rakel. Sedang sablon digital banyak dibantu dengan kertas transfer.

Mengenai kualitas orang banyak menyukai sablon manual, karena lebih handal dan tidak mudah luntur. Namun kelemahanya untuk sablon raster atau gradasi. Untuk sablon manual biasanya maksimal 4 warna saja, karena memang setiap warna dilakukan pecah warna.

Proses sablon manual kurang lebih sebagai berikut :

1. Persiapan Desain
Menyiapkan desain yang dibuat kedalam screen/layar. Gambar yang akan dicetak dipisah sesuai dengan warnya. Proses pecah warna dilakukan dengan aplikasi grafis, bisa pakai Corel atau Illustrator untuk vektor dan Photoshop untuk sablon jenis bitmap. Setelah itu gambar dicetak sebagai salinan proses pembuatan film/afdrukan.

2. Pembuatan Film
Sebelum afdruk dilakukan, secreen mesti dibersihkan dan dikeringkan. Tahap berikutnya adalah pemberian obat pembuatan film dan pencucian obat screen. Peralatan afdruk yang dibutuhkan antara lain : screen, cairan afdruk, kipas angin dan alat perata. Prosesnya screen dilumuri cairan afdruk lalu dikeringkan. Semua harus dilakukan dalam ruang tertutup yang tidak terkena sinar matahari

Setelah cairan afdruk kering, dilanjutkan dengan pembuatan film pada screen. Alat yang dibutuhkan kaca, gambar desain, screen, busa, kain hitam, busa screen dan papan. Semua alat akan digunakan untuk membuat cetakan diatas screen.

Setelah proses pembuatan screen selesai berikutnya dicuci dan dibersihkan berkas afdruk dengan menprotkan air ke screen.

3. Penyablonan
Penyablonan adalah proses melapisi media cetak dengan cat melalui bantuan screen sebagai saringan cetaknya. gambaran prosesnya, bahan kaos ditaruh dibawah screen dan kemudian tinta diatas screen kita serut dengan rakel. Begitu seterusnya hingga jumlah warna semua terselesaian.

Proses berikutnya dari bahan yang disablon dikeringkan dan melewati fase penjahitan, finishing dan packaging.

Barang yang sudah di packaging siap untuk dipasarkan, umumnya telah dilengkapi dengan label dan hang tag.

Begitulah sekilas proses sablon kaos distro.

Salam hangat,


Amir Fauzi
Founder
http://www.sekolahsablon.com/

Materi Kursus Sekolah Sablon Indonesia

Sekolah Sablon berencana membikin kurikulum kursus dan workshop sebagai berikut :



1. Start Up Clothing Company

Materi ini memberikan skills bisnis dasar bagaimana mendirikan clothing company dengan modal minimal. Diajarkan tentang strategi bisnis, survey pasar, pengenalan produksi, permodalan, marketing dan teknik makloon. Diharapkan setelah mengikuti kursus ini, peserta mampu mendirikan clothing company sendiri dengan modal seefisien mungkin.
2. Teknik Desain Kaos Distro

Pada kursus ini peserta diberikan skills dasar desain kaos mulai dari konsep desain, menggunakan tools gambar, pecah warna serta trik mencari ide desain dan sumber gambar guna memperkaya estetika kaos.


3. Teknik Sablon Kaos Distro

Peserta diberi bekal skills bagaimana cara menyablon kaos. Mulai dari pengenalan teknik sablon sampai praktek menyablon kaos.

4. Teknik Penjahitan & Packaging

Peserta diberi bekal teknik menjahit dasar dan packaging kaos agar layak dijual.

Demikian tentang materi kursus yang diajarkan oleh Sekolah Sablon.

Salam Hangat,


Amir Fauzi
Founder

Sejarah Bandung sebagai Pusat Kaos Distro

Di Kota Bandung – bagi sebagian masyarakatnya – keberadaan berbagai t-shirt seperti yang diperbincangkan di atas bisa jadi merupakan satu hal yang lazim. Demikian juga dengan keberadaan geng motor tua, sepeda bmx, penggemar musik hip-hop, musik elektronik, break dance, hardcore, grindcore, sampai dengan komunitas penggemar musik punk yang tersebar di beberapa tempat di sekitar pojokan kota. Dengan penampilan yang spesifik, beberapa kelompok ini menyebar di sekitar kampus-kampus, pojok-pojok jalan, diskotik, bar, daerah pertokoan, kamar kost, rumah kontrakan, shooping mall, dan lain sebagainya. Di malam Minggu, beberapa komunitas ini biasanya terlihat di sekitar Jalan Dago, Gasibu, BIP, Cihampelas, sampai Jalan Braga. Di Bandung, kebanyakan orang tampaknya memang masih punya banyak waktu luang untuk memikirkan beberapa hal yang mendetail dalam kehidupan sehari-hari mereka. Beberapa hal detail yang kemudian bermuara pada beragam kecendrungan akan gaya hidup, perilaku, dan berbagai aliran pemikiran.

Dadan Ketu, sebutlah demikian. Terlahir di Kota Bandung pada tahun 1973. Pemilik nama ini bukanlah figur yang asing lagi bagi mereka yang akrab dengan komunitas underground Kota Bandung di era pertengahan ‘90-an. Bersama 8 orang temannya, pada sekitar tahun ‘96 ia berinisiatif untuk membentuk sebuah kolektif yang kini dikenal dengan nama Riotic. Melalui ketertarikan akan satu model ideologi yang sama, komunitas ini kemudian mulai memproduksi musik rilisan mereka sendiri, yang kemudian berkembang menjadi sebuah toko kecil yang menjual segala macam pernak-pernik dari mulai kaset, merchandise band, t-shirt dan lain sebagainya.

Lain lagi dengan Dede, yang bersama keempat temannya mendirikan sebuah distro(2) yang bernama Anonim pada tahun 1999. Terutama karena ketertarikan pada musik dan film, kelompok ini kemudian mulai menjual t-shirt yang dipesan secara online melalui internet. Kini selain menjual barang-barang import, mereka juga menjual kaset-kaset underground dan produk-produk dari label clothing lokal, yang konon kabarnya mencapai sekitar 100 label clothing yang muncul bergantian seperti cendawan di musim hujan. Menurutnya, penjualan produk lokal meningkat jumlahnya setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1996, yang menyebabkan harga barang impor meningkat dan semakin sulit didapat.

Riotic dan Anonim, dua nama ini adalah sedikit dari deretan nama-nama seperti, Harder, Riotic, Monik Clothing, 347 Boardrider & Co., No Label Stuff, Airplane Apparel System, Ouval Research, dan lain sebagainya. Sejak pertengahan ‘90-an, di Kota Bandung memang bermunculan beberapa komunitas yang menjadi produsen sekaligus pelanggan tetap beberapa toko kecil - sebutlah distro - yang menjual barang-barang yang tidak ditemui di kebanyakan toko, shooping mall, dan factory outlet yang kini juga tengah menjamur di Kota Bandung. Berbekal modal seadanya, ditambah dengan hubungan pertemanan dan sedikit kemampuan untuk membuat dan memasarkan produk sendiri, kemunculan toko-toko semacam ini kemudian tidak hanya menandai perkembangan scene anak muda di Kota Bandung, tetapi juga kota-kota lain semisal Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dsb.

Reverse: Markas Kecil di SukasenangAdalah Reverse, sebuah studio musik di daerah Sukasenang yang kemudian dapat dikatakan sebagai cikal bakal yang penting bagi perkembangan komunitas anak muda di Kota Bandung pada awal era ‘90-an. Di awal kemunculannya pada sekitar tahun ‘94, semula Richard, Helvi, dan Dxxxt (3 orang pendiri pertama dari Reverse), hanya memasarkan produk-produk spesifik yang terutama diminati oleh komunitas penggemar musik rock dan skateboard. Dapat dikatakan, komunitas ini kemudian merupakan simpul pertama bagi perkembangan komunitas ataupun kelompok subkultur anak muda pada saat itu. Ketika semakin berkembang, Reverse kemudian menjadi sebuah distro yang mulai menjual CD, kaset, poster, artwork, asesoris, termasuk barang-barang impor maupun barang buatan lokal lainnya.

Kemudian bermunculan sederet komunitas baru yang lebih spesifik lagi. Dari yang semula hanya didatangi oleh penggemar musik rock dan komunitas skateboard, Reverse mulai didatangi oleh beberapa kelompok yang berasal dari scene yang lain. Dari yang meminati musik pop, metal, punk, hardcore, sampai pada kelompok skater, bmx, surf dan lain sebagainya. Belakangan, nama Reverse bermutasi menjadi Reverse Clothing Company, yang sekarang ini dikelola oleh Dxxxt. Menurut Richard, selain karena musik rock dan skateboard, saat itu kemunculan beragam komunitas semacam ini juga didorong oleh keberadaan beberapa film seperti The Warrior (Walter Hill/1979), BMX Bandit (Brian Trenchard-Smith/1983),Thrashin (David Winters/1986), Gleaming The Cube (Graeme Clifford/1989), dan film-film sejenis yang bercerita mengenai berbagai macam komunitas anak muda di Barat (Eropa Barat & Amerika).(3)

“Dulu gua kalo mau nyari posternya Frank Zappa nggak mungkin dapet di tempat lain, pasti gua nyarinya ke Reverse!”, ujar Edi Khemod yang merupakan drummer band cadas bernama Seringai, sekaligus seorang penulis, produser rumah produksi Cerahati dan juga salah seorang anggota dari Biosampler; sebuah kelompok seniman multimedia yang sering muncul dalam aktifitas artistik di club scene kota Bandung dan Jakarta. Kebutuhan yang spesifik semacam inilah yang kemudian tertularkan pada beberapa komunitas dan distro-distro pada generasi sesudahnya. Kembali menurut Richard, menurutnya mereka yang datang ke Reverse itu kebanyakan mencari barang yang tidak terdapat di toko, shooping mall, atau departemen store. Hal ini juga diakui oleh Dadan dan Dede. Menurut mereka rata-rata yang datang ke distro itu orang-orang yang punya kebutuhan spesifik yang berbeda dengan kebutuhan orang kebanyakan. “Karena itu mereka mencari sesuatu yang lain, yang sulit ditemukan di wilayah-wilayah yang lebih mapan”, ujar Richard dalam sebuah wawancara. Untuk saya sendiri hal semacam ini tentu saja dapat dikatakan wajar. Kebanyakan anak muda memang punya tabiat untuk selalu mencari pengalaman yang baru dan berbeda.

Tampaknya dari kondisi yang spesifik semacam inilah, dinamika perkembangan industri musik, termasuk perkembangan fashion anak muda di Bandung selalu menemui banyak pembaharuan. Dari mulai jaman celana jeans di Jalan Cihampelas, tas ransel Jayagiri, jaman kaos oblong C-59, clothing lokal, band-band underground, distro, dan seterusnya sampai sekarang. “Perjumpaan yang terus menerus dengan hal/orang/barang yang sama, kadang-kadang menimbulkan perasaan jenuh/bosan/muak; bila tak tertahankan lagi, orang ingin keluar/melepaskan diri dari situasi itu: ingin tampil beda.” Demikian urai Yuswadi Saliya, seorang arsitek yang tinggal di Bandung ketika membalas pertanyaan dalam email saya untuk kasus ini. Saya pikir demikianlah adanya, Kota Bandung memang memiliki segudang rutin yang memaksa setiap warganya untuk terus bergerak mencari sesuatu yang baru dan berbeda. Kini beragam komunitas anak muda di kota Bandung terus bermunculan. Tidak lagi di Sukasenang, tetapi juga menyebar ke seluruh pelosok kota, mulai di bilangan Jalan Setiabudi (Monik/Ffwd Records), Citarum (347/EAT – Room No. 1), Moch. Ramdan (IF), Balai Kota (Barudak Balkot), Sultan Agung (Omuniuum), Saninten (Cerahati/Biosampler), Kyai Gede Utama (Common Room/ tobucil/Bandung Center for New Media Arts dan Jendela Ide), sampai ke daerah Ujung Berung (Ujung Berung Rebel/Homeless Crew), dsb.

“Karena Bandung kotanya kecil, jadi mau ngapa-ngapain gampang…lagian orang-orangnya juga kekeluargaan, cair banget, baturlah, semua dianggap sama.” Ujar Dede pada suatu kesempatan. Hal ini juga kembali disepakati oleh Dadan Ketu. Menurutnya, mereka yang berusaha di bidang clothing lokal tidak menemui kesulitan yang berarti ketika mereka harus berproduksi. “Mau cari bahan gampang pisan, tinggal ke Jalan Otista, Tamim, Cigondewah, Cimahi, Majalaya, terus tukang nyablon juga di sini mah banyak pisan, jadi nggak susah.”, jelasnya.

Paska 1990: Desa Global, GMR, dan MTVTidak hanya di era ‘90-an – apabila kita lihat beberapa catatan di atas – sejak awal kemunculannya harus diakui Kota Bandung memang banyak menerima pengaruh dari Barat (Eropa Barat & Amerika). Namun, pada periode berikutnya tidak dapat dipungkiri kalau ada pengaruh lain yang tak kalah penting bagi perkembangan scene anak muda di Bandung, yaitu media. Sebagai contoh di bidang musik misalnya, melalui tangan dingin seorang Samuel Marudut (alm.), pada tahun ‘92-an sebuah radio yang bernama GMR menjadi satu-satunya radio di Indonesia yang membuka diri untuk memutarkan rekaman demo dari band-band baru yang ada di kota ini, sehingga ikut memicu pertumbuhan scene musik yang ada pada saat itu. Selain memicu pertumbuhan komunitas musik di Kota Bandung, radio ini juga ikut mempopulerkan keberadaan beberapa band yang berasal dari luar kota Bandung.

Selain itu, perkembangan di bidang teknologi media & informasi juga secara radikal mampu mendorong perkembangan budaya kota di Bandung kearah yang lebih jauh. Salah satu contohnya adalah perkembangan teknologi rekaman yang memungkinkan band-band baru merekam musik mereka dengan menggunakan komputer, sehingga tidak lagi harus bersandar pada industri mainstream & produk impor. Saat ini, industri musik di Bandung sudah biasa diproduksi di studio-studio kecil, rumah, maupun di kamar kost. Selain itu, perkembangan di bidang teknologi informasi juga memudahkan setiap komunitas yang ada untuk berhubungan dan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Melalui jaringan internet yang sudah berkembang sejak tahun 1995-an, Kota Bandung saat ini sudah menjadi bagian dari jaringan virtual yang semakin membukakan pintu menuju jaringan global.

Kehadiran MTV pun setidaknya memiliki peran yang tidak sedikit, karena melalui stasiun inilah beberapa band underground Bandung mendapat kesempatan untuk didengar oleh publik secara lebih luas. Selain itu, para presenter MTV siaran nasional pun tidak segan-segan untuk memakai produk-produk dari clothing lokal yang berasal dari Kota Bandung, sehingga produk mereka menjadi semakin populer. Dampaknya tentu saja tidak kecil. Selama beberapa tahun terakhir warga Kota Bandung mungkin sudah mulai terbiasa dengan jalan-jalan yang macet pada setiap akhir minggu. Selain menyerbu factory outlet, para pengunjung yang datang ke Kota Bandung pun biasanya ikut berbondong-bondong mendatangi distro-distro yang ada, sehingga memicu pola pertumbuhan yang penting, terutama dari segi ekonomi.

Melalui keberadaan beberapa komunitas anak muda yang senantiasa menyediakan barang-barang yang mereka produksi secara mandiri, setidaknya kita dapat melihat berbagai kumpulan tanda yang baru yang berbeda dengan masa sebelumnya. Apabila pada masa sebelumnya komunitas anak muda di Bandung sangat bergantung pada industri mapan dan berbagai produk impor, saat ini beberapa komunitas yang ada sudah mampu memproduksi kebutuhan mereka secara independen. Dalam beberapa kesempatan, wacana budaya perlawanan (counter culture) pun kerap mewarnai keberadaan komunitas ini. Diantara beberapa perilaku komunitas anak muda yang disebutkan tadi, setidaknya kita bisa melihat ini sebagai sebuah sikap politik yang membangun bentukan watak yang khas. Bagi beberapa komunitas anak muda di Bandung, musik dan fashion saat ini bukan lagi hanya sekedar trend. Musik dan fashion dapat juga dilihat sebagai bentuk ekpresi kemandirian politik yang mampu mengakomodasi berbagai aspirasi personal yang mereka miliki. Untuk itu, saya rasa dalam konteks perbincangan mengenai perkembangan kelompok subkultur di kota Bandung, sebetulnya musik dan fashion juga dapat dilihat sebagai instrumen yang mampu menjelaskan berbagai pandangan dan perbedaan yang menyertai keberadaan komunitas-komunitas ini.

Pertumbuhan yang pesat yang sangat ditunjang oleh keberadaan beberapa media seperti stasiun TV, radio, majalah, fanzines, dan terutama internet, terus saja mendorong perkembangan komunitas anak muda di Bandung. Selain semakin memperjelas keberadaan beberapa komunitas yang ada, kemunculan berbagai macam media juga menambah perluasan jaringan sampai ke kota-kota lain di luar Bandung, malah sampai ke luar negeri. Ketika mulai merilis kaset dibawah label 40124 pada pertengahan ’90-an, Richard mengaku pernah mendapatkan pesanan kaset rilisannya dari seorang penggemar musik-musik underground dari Jepang, yang kebanyakan memesan melalui internet. Lewat label 40124 ini, pada tahun 1996 Richard juga sempat merilis album kompilasi legendaris yang diberi judul “masaindahbangetsekalipisan”, yang berisi kumpulan lagu dari beberapa band lokal seperti Full of Hate, Rotten to The Core, Sendal Jepit, Cherry Bombshell, Puppen, Balcony, dsb. Sementara itu, Dadan Ketu menyatakan kalau sekarang ini memang sudah sangat biasa kalau ada salah seorang pengunjung distro di Bandung datang dari luar negeri, semisal Singapura atau Malaysia. “Mereka datang biasanya langsung ngeborong, bawa kaset 100 biji untuk dijual lagi di negeri asalnya, ada yang bayar kontan, ada juga yang nyicil,” ujarnya.

Wujud dari terbentuknya jaringan yang meluas ini sebetulnya sudah semakin terasa sejak tahun ‘97. Pada bulan Agustus 1997 sebuah label rekaman punk dari Perancis yang bernama Tian An Men 89 Records merilis sebuah kompilasi yang berjudul “Injak Balik! a Bandung HC/Punk comp”. Kompilasi ini didukung oleh sejumlah band Bandung seperti Puppen, Closeminded, Savor Of Filth, Deadly Ground, Piece Of Cake, Runtah, Jeruji, Turtles Jr, dan All Stupid. Kebanyakan subject matter dari musik dalam album kompilasi ini berisi berbagai statemen politik yang disampaikan secara lugas oleh setiap band yang ikut terlibat di dalam proyek ini. Tidak hanya berhenti di situ, pada tahun 1999, label lokal yang bernama FastForward Records kemudian merilis beberapa album dari band yang berasal dari luar negeri seperti The Chinkees (Amerika), Cherry Orchard (Perancis), 800 Cheries (Jepang), dan lain sebagainya. Menurut Marin, salah seorang pendiri dari FastForward Records, setidaknya media-media komunikasi seperti internet, mesin fax dan jaringan telepon punya andil besar dalam proses produksi album dari band-band ini. Sekarang, label lokal yang merilis musik yang berasal dari luar negeri sudah bukan barang yang aneh lagi. Malah, beberapa band lokal di Bandung juga sudah banyak yang berkesempatan dirilis oleh label di mancanegara. Beberapa diantaranya adalah Homicide, Domestik Doktrin, Jasad, dsb.
Perluasan jaringan yang mempertautkan perkembangan di bidang musik dan fashion dengan perkembangan media dan teknologi informasi ini setidaknya melahirkan sebuah kombinasi perkembangan (kebudayaan) yang baru, baik dari segi ideologi sampai pada manifestasinya dalam pola kehidupan sehari-hari sebagian komunitas anak muda di Bandung. Hal ini menunjukan bahwa bagaimanapun perkembangan yang ada di kota Bandung tidak dapat dipisahkan begitu saja dengan setiap gejala perkembangan di tingkat global. Seiring dengan perkembangan jaman, sampai saat ini scene anak muda di Kota Bandung masih terus tumbuh untuk terus melengkapi pola perkembangannya dengan wajah dan berbagai versinya yang baru. Jangan kaget kalau tiba-tiba anda bertemu dengan sekelompok anak muda dengan gaya yang identik dengan gaya anak muda di belahan dunia yang lain. Kota ini memang sedari dulu sudah menjadi bagian dari kota-kota lain di seluruh dunia. Salut! Selamat datang di Kota Bandung!


Sumber :
http://cannizaro.wordpress.com/

Mengenal Bahan Kaos Distro

Bahan untuk membuat sebuah kaos sangatlah banyak. Mulai dari Cotton, CVC (Viscose), Polyester sampai higet. Namun , untuk kaos yang berkualitas disarankan menggunakan cotton kombed & cotton cardet. Jenis kaos ini dipilih karena kualitasnya bagus, nyaman, lembut dan menyerap keringat.

Berikut ini beberapa jenis kaos yang populer digunakan sebagai bahan kaos yang banyak dipasarkan. (Jika Anda ingin belanja bahan kaos, ada baiknya untuk wilayah Bandung dapat hunting di sekitar Pasar Baru (Jalan Otista). Sepanjang jalan tersebut berderet toko grosir kaos, dimana mereka memiliki pabrik di sekitar Cigondewah, Cimahi ataupun Majalaya. Sedang untuk toko dijalan Otista merupakan outletnya.

1. Cotton

A. Combed
•Serat benang lebih halus.•Hasil Rajutan dan penampilan lebih rata.•Lembut halus
•Menyerap keringat
•Adem
B. Cardet
•Serat benang kurang halus.•Hasil rajutan dan penampilan bahan kurang rata.•Menyerap keringat
•Adem

2. TC (TETERTON COTTON)

Jenis bahan ini adalah campuran dari Cotton 35 % dan Polyester (Teteron) 65%. Dibanding bahan Cotton, bahan TC kurang bisa menyerap keringat dan agak panas di badan. Kelebihannya jenis bahan TC lebih tahan ’shrinkage’ (tidak susut atau melar) meskipun sudah dicuci berkali-kali. Ini karena pengaruh dari poliester.

3. CVC ( COTTON VISCOSE)

Jenis bahan ini adalah campuran dari 55% Cotton Combed dan 45% Viscose. Kelebihan dari bahan ini adalah tingkat shrinkage-nya (susut pola) lebih kecil dari bahan Cotton. Jenis bahan ini juga bersifat menyerap keringat.

4. POLYESTER dan PE

Jenis bahan ini terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk dibuat bahan berupa serat fiber poly dan yang untuk produk plastik berupa biji plastik. Karena sifat bahan dasarnya, maka jenis bahan ini tidak bisa menyerap keringat dan panas dipakainya.

Demikian 4 jenis kaos yang paling dikenal sebagai bahan untuk membuat kaos.
Selamat mendesain kaos.


Oiya, kemarin saya ke pabrik kaos, berikut yang ingin saya share;
Pembuatan kaos ada tiga tahap :

1. Pembuatan benang
Proses ini dimulai pengolahan dari bahan mentah menjadi benang.


2. Perajutan
Dari bahan benang kemudian dirajut kemesin rajut. Disini ditentukan ketebalan, single knit, double knit dan lainnya. Semua bahan berwarna putih bersih sebagaimana warna benangnya.


3. Pencelupan
Proses ini adalah proses pewarnaan. Dimana kain akan dicelup dan dilembutkan sesuai dengan warna yang diinginkan.


4. Kain Jadi
Kain jadi dikategorikan menjadi 3 kategori. Warna muda, warna sedang dan warna tua. Warna tua lebih mahal dibanding dengan warna muda, karena memerlukan celupan dan bahan yang lebih banyak.


Salam,


Amir Fauzi
Founder
www.sekolahsablon.com

Cara Membuat Kaos Distro

Setidaknya ini adalah proses sederhana bagaimana membuat sebuah kaos distro. Kelihatannya simpel, tapi perlu ketekunan, karena memang membikin kaos distro ndak bisa sembarangan seperti bikin kaos pemilu.

1. Memilih Bahan
Untuk bahan, saya sarankan Anda bikin dari cotton combed. Mengingat kaos distro kekuatannya selain ada di desain ada di kualitas bahan. Mengapa demikian, karena kaos distro lebih segmented. Umumnya orang yang punya duit dan educated yang beli. Jadi ndak perlu main-main kalau cari bahan.

2. Pemotongan
Setelah bahan didapat, barulah dipotong sesuai dengan ukurannya, bisa S, M atau L serta XL. Ini suka-suka saja. Jika ingin memulai, mulailah dari All Size dulu atau L diperbanyak. Selain itu, jangan bikin massal, bikin aja limited edition dan tentukan marketnya.

3. Design
Hmmm, ini bagian yang menarik. DSGN. Ini perlu inspirasi dan pemahaman yang baik akan kebutuhan customer. Jika desainnya dapat memotret keinginan pasar, yakinlah berapapun produk akan ludes. Ada dua tools penting, pertama tentang seluk beluk desain, yang kedua alatnya. Kuasai Corel + Photoshop, boleh juga yang mau agak ribet masuk ke Adobe Illustrator. Saya sangat suka dengan Corel + Photoshop. Dua ini sudah cukup, yang paling penting adalah designnya. Ada 3 yang perlu didesain, logo, packaging dan gambar dikaosnya. Ketiganya sangat penting

4. Penyablolan
Sablon dapat dikelola sendiri atau dimakloon. Ada berbagai macam teknik sablon, mulai waterbase sampai yang gradasi. Pilih tukang sablon kaos yang berpengalaman.

5. Penjahitan
Setelah dilakukan sablon, baru dijahit.Cari penjahit yang berpengalaman menjahit kaos, biar kaos awet dan ndak robek di jika digunakan gerak. Kualitas jahitan bisa dilihat dari kerapian dan kerapatan jahitan.

6. Packaging
Woww, sudah jadi deh kaosnya. Agar tampak cantik, bikinlah packaging yang ciamik, Packaging yang unik akan membantu pemsaran kaos.

Ok, semoga membantu kami yang mau masuk industri clothing. Jangan lupa, marketing, marketing dan marketing....

Salam,


sekolahsablon.com

Sejarah Sekolah Sablon Indonesia

Sekolah Sablon Indonesia didirikan dalam rangka mengembangkan skills wirausaha dalam industri clothing. Sebagaimana kita ketahui, industri clothing merupakan salah satu industri kreatif yang terus tumbuh dengan potensi pasar yang sangat besar. Oleh karena itu menjadi peluang bisnis yang sangat bagus bagi para entrepreneur pemula untuk masuk dalam industri yang sangat atraktif ini.

Sekolah Sablon berinisiatif untuk sharing baik dari sisi usaha maupun skills teknis kepada para entrepreneur pemula. Dalam hal ini, Sekolah Sablon ingin mengajarkan smart street bagaimana memulai usaha clothing dengan modal seefektif dan seefisien mungkin.

Sekolah Sablon didukung oleh praktisi di industri clothing yang bergerak secara online. Dalam prakteknya didukung penuh oleh Depomuslim.com Group dimana telah berpengalaman selama 2 tahun dalam industri clothing.

Adapun skills yang diajarkan bersifat smart street dengan 3 modul kursus :
1. Start Up Clothing Company
2. Design Clothing
3. Teknik Sablon
4. Teknik Menjahit.

Dari 4 materi diatas, yang akan diajarkan adalah materi Start Up Clothing Company. Mengingat saat ini, Sekolah Sablon sedang mempersiapkan tempat yang representatif untuk mengadakan training.

Salam Hangat,


Amir Fauzi
Founder
www.sekolahsablon.com